Berani Punya Cita-cita harus berani menderita

seorang teman tidak sepakat dengan kata-kata itu dan mengatakan bahwa cita cita itu bukan ditebus dengan penderitaan akan tetapi dengan perjuangan. timbul di benak apakah eufimisme (penghalusan) bahasa akan berpengaruh besar ke dalam ranah realitas yang kita jalani. apakah hal itu akan mengubah semangat, motivasi, dan sikap kita dalam melihat main frame dunia yang ada di depan kita.

memang segala kunci aktifitas adalah di pikiran akan tetapi pikiran akan mengabsorbsi tekanan yang berasal dari lingkungan dan kemudian mengkonversinya ke dalam tindakan untuk menjawab dan merespon segala hal yang terjadi di lingkungan. katakanlah yang sejujurnya walaupun itu buruk, walaupun itu pahit, walaupun itu pedih. karena sesungguhnya sebelum semua terjadi kita dapat mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang.

Keinginan untuk bercita-cita, keinginan untuk bahagia, adalah sumber penderitaan. karena perjalanan untuk mencapai itu semua membutuhkan proses perjalanan dari satu titik ke titik lainnya. entah bagaimana cara berjalannya, entah sejauh apa perjalanannya yang pasti diantaranya terdapat penderitaan yang harus dijalani dengan tabah. dan karena keinginan adalah sumber penderitaan maka berani punya keinginan harus berani menderita.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dunia Lain

Bisakah kita mengontrol NAFSU?